Minggu, 20 Maret 2016

Sejarah Kain Endek

Kain Endek Bali adalah salah satu ciri khas kain buatan hasil karya tangan orang bali. Motif Kain Endek  beragam. Beberapa motif kain endek dianggap sakral. Jadi, hanya boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan keagamaan lainnya. Motif itu antara lain, motog  patra dan encek saji. Selain ada yang sakral, ada juga motif kain endek yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu. Misalnya para raja atau keturunan bangsawan. Dahulu, kain ini memang lebih banyak digunakan oleh para orang tua dan  kalangan bangsawan. Sedangkan motif yang mencerminkan  nuansa alam, biasa digunakan untuk kegiatan sosial atau kegiatan sehari-hari. Hal ini menyebabkan motif tersebut lebih banyak berkembang dalam masyarakat. Kain endek mulai berkembang sejak tahun 1985, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong  di Gelgel Klungkung. Kain endek ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa Sulang. Meskipun kain endek telah ada sejak zaman Kerajaan Gelgel, akan tetapi endek mulai berkembang pesat di Desa Sulang setelah masa kemerdekaan. Perkembangan kain endek di Desa Sulang dimulai pada tahun 1975 dan kemudian berkembang pesat pada tahun 1985 hingga sekarang.
Keragaman Motif yang dihasilkan lebih banyak menggambarkan flora, fauna, dan tokoh pewayangan yang sering muncul dalam mitologi-mitologi cerita Bali. Motif tersebut memberikan ciri khas tersendiri pada kain endek dibandingkan dengan motif-motif kain pada umumnya.dari nuansa alam, kreasi batik, kreasi warna yag dipadu padankan yang menghasilkan motif bermutu tinggi, sehingga dari waktu kewaktu kain endek selalu menjadi pilihan khususnya Kain Endek desa Sulang.  Namun Pada tahun 1996-2006, kain endek sempat mengalami penurunan akibat dari banyaknya persaingan produksi kain sejenis buatan pabrik yang mulai masuk ke pasaran. Pada tahun 2007-2012 juga mengalami penurunan. Fluktuasi penurunan sangat dirasakan pada tahun 2008-2010. Hal tersebut disebabkan  bahan  baku yang sulit didapat, harga bahan baku benang yang mahal, dan kualitas produksi yang tidak sesuai dengan standar produksi kain endek. Namun, pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang kembali akibat  dari bahan baku yang murah serta berkembangnya berbagai macam  motif kain endek yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu pula banyak perusahaan atau instansi menggunakan kain endek sebagai pakaian atau seragam kantor dan anak sekolah. Kain Endek sudah mulai diminati sebagai bahan baku pembuatan  busana. Hal ini menjadi salah satu meningkatnya hasil prodak setiap usaha khususnya di daerah Sulang yang beralamat di Kebupaten Klungkung, Provinsi Bali.  Kualitasnya yang sangat baik dan motifnya yang beraneka ragam  membuat pencinta kain Endek  semakin bertambah.  Di Bali pada umumnya Kain Endek dipakai sebagai kamen sebagai atribut  busana ke Pura, Namun Kain Endek yang sekarang sudah semakin populer membuat para pengusaha tekstil berlomba-lomba menghasilkan prodak berkualitas seperti Fashion, tas,busana, topi, dompet, sepatu dan  lain sebagainya. Pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas Bali menjadi tantangan besar bagi masyarakat Bali untuk menjaga kelestariannya. Masyarakat Bali juga harus ajeg, tetap memperhatikan aturan  penggunaan  kain tersebut. Terutama untuk motif-motif  kain endek yang disakralkan, jangan sampai digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Hal tersebut akan merusak nilai sakral dan budaya dari kain endek itu sendiri. Kain endek sudah mulai banyak digunakan masyarakat Bali. Meskipun demikian motif-motif sakral tetap dipertahankan dan tidak digunakan secara sembarangan. Umumnya kain ini digunakan untuk kegiatan upacara, kegiatan sembahyang  ke pura, ataupun digunakan sebagai busana  modern  layaknya baju atau celana yang dapat digunakan semua kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar